POSELIA Jejak Inovasi UIMA yang Mengubah Cara Kerja Posyandu di Akar Rumput

POSELIA Jejak Inovasi UIMA yang Mengubah Cara Kerja Posyandu di Akar Rumput

Di balai kampung yang sunyi pagi itu, terdengar derit kursi plastik saat para kader Posyandu duduk melingkar, ponsel di tangan mereka, bukan untuk bersosial media, tapi sebagai alat baru untuk mencatat data pertumbuhan anak, memantau status gizi, dan memberi edukasi kesehatan - semua secara digital. Inilah wajah baru Posyandu di akar rumput, berkat inovasi dari Universitas Indonesia Maju (UIMA).

Tim dosen dan mahasiswa UIMA datang membawa misi besar: menguatkan Posyandu Mandiri melalui pelatihan digital manajemen dan teknologi edukasi kesehatan. Program tersebut mengusung tema “Digitalisasi Manajemen dan Edukasi Kesehatan dalam Penguatan Posyandu Mandiri untuk Optimasi Layanan Ibu dan Anak.”

*Saat Kader Belajar Mengelola Data*

Selama ini, kader Posyandu andalkan buku catatan dan laporan manual. Metode itu rentan salah tulis, lamban dilaporkan, dan melelahkan. Namun perubahan mulai terasa ketika UIMA memperkenalkan aplikasi POSELIA (Posyandu Elektronik Layanan Ibu dan Anak). “Digital bukan hanya soal aplikasi,” kata Malihah Ramadhani Rum, S.KM., M.Kes (MARS). “Ini tentang bagaimana kader bisa mengambil keputusan berbasis data. Itu yang akan mengubah layanan Posyandu ke depan.”

POSELIA dirancang agar sederhana dan mudah digunakan: mencatat berat badan, tinggi badan, status gizi, hingga perkembangan balita bisa langsung dimasukkan ke sistem. Data masuk secara real time, memungkinkan kader dan petugas kesehatan merespons lebih cepat.

Menurut Risky Kusuma Hartono, S.KM., M.KM., Ph.D., “Dengan pencatatan digital, kader bisa fokus pada pelayanan, bukan hanya administrasi,” katanya Risky lagi.

Saat sesi simulasi pelatihan, suasananya cair: para kader saling bantu, tertawa saat mencoba fitur aplikasi, dan lega ketika melihat grafik pertumbuhan anak muncul di layar ponsel. Beberapa dari mereka bahkan berkomentar, “Ini ternyata gampang, ya!”

*Edukasi Kesehatan yang Lebih Hidup dan Menarik*

Tidak berhenti di pencatatan, program ini juga merombak cara kader menyampaikan materi kesehatan. Alih-alih ceramah panjang atau poster statis, edukasi kini datang dalam bentuk video singkat, slideshow animasi, dan modul interaktif.

Sementara itu Fenni Valianda Amelia Ramadhan, S.Tr.Keb., M.Tr.Keb, yang menangani bagian edukasi, menjelaskan: “Kader yang paham teknologi bisa memberi edukasi yang lebih mengena. Ibu-ibu sekarang lebih responsif ketika materi disajikan secara visual,” ujar Fenni.

Dengan alat ini, kader bisa lebih percaya diri menyampaikan pesan penting tentang imunisasi, gizi, hingga perawatan bayi baru lahir.

*Dampak Nyata di Jabodetabek*

Inovasi seperti POSELIA sangat relevan di kawasan Jabodetabek, di mana tantangan Posyandu cukup besar. Di Kota Depok, misalnya, laporan terbaru menyebut ada 1.063 Posyandu pada 2023, dengan 1.059 posyandu aktif. 

Artinya hampir semua posyandu di Depok berjalan dengan rutinitas layanan ibu dan anak. Namun, rasio posyandu terhadap jumlah balita di Depok belum ideal—menandakan masih ada ruang untuk efisiensi dan peningkatan kualitas. 

Sementara itu, di Kota Bekasi (bagian dari Jabodetabek), jumlah kader posyandu sangat besar: pada 2021 tercatat 32.510 kader Posyandu PKK yang tersebar di 1.614 Posyandu.

Angka ini menunjukkan bagaimana Posyandu di Jabodetabek punya potensi luar biasa dalam menjangkau ibu dan balita - butuh alat yang mampu menyederhanakan data dan memperkuat layanan. Inilah celah yang diisi UIMA lewat POSELIA.

*Menuju Posyandu Mandiri yang Lebih Kuat*

Apa arti semua ini? Dengan digitalisasi, Posyandu bukan lagi tempat “timbang balita dan mencatat dengan bolpoin,” melainkan sistem kesehatan masyarakat yang modern. Posyandu Mandiri pun menjadi lebih adaptif, memungkinkan kader bekerja lebih cerdas dan berdampak lebih besar.

POSELIA memberi kader “mata digital”: mereka bisa melihat tren pertumbuhan anak, memantau risiko stunting, dan memberikan edukasi tepat sasaran. Dengan data yang rapi dan real time, intervensi bisa dilakukan lebih cepat- sebelum masalah tumbuh menjadi krisis.

Dan, seperti yang disampaikan Malihah di akhir sesi: “Kalau kader punya data yang baik, maka masyarakat punya masa depan kesehatan yang lebih baik. Itu tujuan kita.”

Artikel.Ahmed

Kategori: Artikel TerkiniDLL