KENALKAN BUDAYA LOKAL LEWAT TOUR DE BANYUWANGI IJEN

KENALKAN BUDAYA LOKAL LEWAT TOUR DE BANYUWANGI IJEN

Banyuwangi.mediabangsa.net // pergelaran akbar skala International akan kembali digelar mulai tanggal 27 – 30 September 2017 ITDBI (International Tour De Banyuwangi Ijen), akan lebih terasa aroma budaya lokal yang kental sebagai suguhan para pembalap selain menikkmati panorama keindahan alam Banyuwangi. Bahkan start salah satu etape ITDBI ditempatkan diPondok Pesantren Darussalam.

“kita akan kenalkan budaya pesantren kepublik global. Memang saya minta khusus sekaligus menjadi kampanye kedunia bahwa islam adalah agama yang toleran. Pesantren yang menjadi basis pendidikan keislaman di Indonesia tetap menyebarkan nilai – nilai toleransi “ tutur Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Anas pun meminta setiap liasion officer atau pendamping pembalap untuk mengantongi materi terkait posisi pesantren dalam menyemai nilai-nilai toleransi” Para LO wajib meenjelaskan hal ini, biar dunia international taubagaimana toleransi ditegakan di indonesia, pungkasnya.

Para santripun tidak ketinggalan merekan nantinya akan menyambut hangat para pembalap. Ratusan pembalap dari berbagai negara daan wisatawan yang datang kami ajak mencoba tradisi berpakaian ala pesantren (kopiah dan bersarung). Kami jelaskan pula makna sarung dan apa itu kopiah yang fungsinya berbeda dengan topi.

Menurut anas kompetisi tahunan ini dirancang berkonsep sport turism, dimana event balap sepedah dibalut dengan pariwisata. Untuk itu selain persiapan teknis yang terus dimatangkan, pihaknya juga menyiapkan atraksi seni dan budaya. ITDBI menjadi ajang balap seepedah terbaik di Indonesia yang menjadi perhatian banyak pihak dan kami manfaatkan menjadi sarana promosi international bagi indonesia khususnya Banyuwangi, Jelas Anas.

ITDBI yang digelar kali ini akan menempuh 533km yang dibagi 4 etape dann diikuti 20 tim dari 29 Negara, federasi Balap Sepeda Dunia memberikan nilai ekselen dalam ajang ITDBI, “Banyuwangi siap memberikan kompetisi yang tidak hanya bergengsi, tapi menantang dan memberikan pengalaman yang berbeda bagi para pembalap tersebut, karena kami padukan dengan budaya. Karena baru kali ini ada balap sepeda yang dimana sepanjang rute ada salawatan, tari sampai musik lokal. Pungkas anas.

 

Agus Binarto

Reporter

Kategori: DLLNewsPariwisata